Ramadhan 1444 H merupakan awal Langkah dimana permulaan baru telah dimulai, sudah hampir lebih kurang tiga tahun seluruh dunia khususnya umat Islam melaksanakan Ramadhan ditengah pandemi Covid-19 dan alhamdulillah di tahun ini seluruh umat Islam dapat melaksanakan Ramadhan dengan baik dan lancar tanpa adanya pandemi yang mengkhawatirkan.
Di bulan Ramadhan kita diwajibkan berpuasa di siang hari dan diperintahkan menghidupkan malam-malamnya dengan memperbanyak beribadah, karena di bulan ini seluruh amal kebajikan yang dilakukan manusia akan dilipatgandankan ganjarannya oleh Allah swt.
Maka sudah semestinya kita memperbanyak melakukan kebajikan-kebajikan baik itu kebajikan secara ritual maupun sosial.
Kebajikan secara ritual seperti sholat, tadarus, dzikir dan lain sebagainya merupakan amalan-amalan yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur seorang hamba kepada tuhannya, rasa syukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah swt selama ini yang tidak pernah henti-hentinya diberikan untuk kita selaku hambanya. Syukur berarti kita berterima kasih kepada Allah swt.
Allah swt sebenarnya tak memerlukan terima kasih dari hambanya akan tetapi kita sebagai hambalah yang perlu akan ia. Sebagaimana yang di firmankan Allah di dalam Al-Qur’an
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” Q.S Ibrahim :7
Bersyukur sebagai wujud bukti bakti dan permohonan agar nikmat dapat terus mengalir dan kebalikannya apabila kita kufur atau tidak mensyukuri nikmat maka bersiaplah pembalasan dari Allah swt amatlah pedih.
Selanjutnya selain ibadah ritual, Ramadhan juga mengajarkan kita untuk beribadah sosial, ibadah sosial yang dimaksud disini adalah ibadah yang kemanfaatannya bukan hanya dapat dirasakan oleh diri sendiri akan tetapi juga mesti memberikan kebermanfaatan terhadap orang lain.
Seperti Puasa memerintahkan kita untuk tidak makan dan minum di siang hari dan menahan nafsu serta diri dari hal-hal yang dapat membatalkannya. Salah satu hikmah dari puasa adalah bagaiamana seorang dapat merasakan bagaimana pahitnya menahan rasa lapar dan dan haus yang dirasakan oleh para fakir miskin yang dimana mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja serba kekurangan.
Bila kita telah merasakan hal yang sama maka akan timbul pada diri seorang tersebut rasa syukur yang mendalam atas karunia nikmat Allah yang diberikan kepadanya, bahwasanya ia masih beruntung diberikan begitu banyak macam kenikmatan dibandingkan orang lain.
Bukan malah sebaliknya puasa menjadikan kita orang yang tamak dan rakus, dimana pada saat berbuka kita seolah balas dendam terhadap makanan dan minuman yang kita tinggalkan di siang hari Ramadhan.
Bagaimana seorang mendapatkan predikat orang yang bertaqwa sebagaimana yang di firmankan Allah SWT لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ yang artinya menjadi orang yang bertaqwa jika di diri kita masih tersimpan sifat rakus dan tamak.
Baca Juga: Kisah Hatim Al Asham (Ulama yang Dijuluki Si Tuli)
Puasa juga mengajarkan bagaiamana kita mesti berbagi kebahagiaan dengan orang lain, salah satunya adalah dengan memperbanyak sedekah kepada sesama. Di dalam Hadis Qudsi Allah SWT berfirman
“Bagi orang yang melaksanakan puasa ada dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabbnya.” (muttafaq ‘alaihi)
Memberikan rasa Bahagia seperti memberikan takjil dan hidangan berbuka kepada orang lain itu merupakan ibadah sosial yang memberikan begitu banyak manfaat, bukan hanya sekedar mendapat pahala bagi diri sendiri akan tetapi juga dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Amalan yang bermanfaat inilah yang sebagaimana sabda Rasulullah
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya: “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh.” (HR Muslim).
Shodaqoh zariyah yang pahalanya tidak akan pernah terputus walaupun yang bersedakah telah meninggal. Orang yang memberikan makanan untuk yang berbuka lalu orang yang menerimanya memakan makanan tersebut, dengan makanan tersebut ia memiliki tenaga untuk bisa beribadah, sholat malam, berdzikir, tadarrus dan ibadah lainnya, maka pahala amalan yang ia perbuat juga akan Kembali kepada orang yang bersedakah. Sebegitu hebatnya ibadah sosial yang diajarkan oleh Rasulullah saw selain bermanfaat secara lahiriah ia juga memberikan kebermanfaatan secara batiniah.
Selanjutnya setelah berpuasa kita juga diwajibkan untuk mengeluarkan zakat. Ibadah zakat merupakan ibadah yang mengajarkan kepada kita bagaimana kita mesti peduli terhadap orang lain khususnya terhadap saudara-saudara kita yang fakir dan miskin. Tujuan dari zakat adalah untuk membersihkan harta dan jiwa karena di dalam harta yang dimiliki ada hak-hak orang lain yang mesti kita keluarkan.
Manusia adalah makhluk sosial dan mustahil bisa hidup sendiri, maka dari itu kita memiliki kewajiban untuk ikut bersama mensejahterakan orang-orang disekitar kita.dengan mengeluarkan zakat setidaknya kita telah mengambil andil dalam proses bersama memberikan kebermanfaatan kepada orang-orang sekitar, terhadap saudara-saudara kita yang kurang mampu dan ini akan memberikan dampak yang begitu luar biasa dalam kehidupan bersosial.
Al-Qur’an selalu menyandingkan antara perintah ritual dan perintah sosial agar terjadinya keseimbangan antara hamblumminallah dan hablumminannas hubungan baik kepada Allah dan kepada sesama. Perintah sosial seperti zakat mengajarkan bagaiaman si kaya memerlukan si miskin dan begitu juga sebaliknya karena di dalam harta orang-orang hartawan ada haq-haqnya para faqir miskin.
Bagaimana orang kaya berempati terhadap kesusahan saudaranya dan orang miskin dapat merasakan bagaimana kepedulian saudaranya terhadap dirinya dan orang lain. Kalua sudah tumbuh perasaan seperti ini maka akan tumbuh yang Namanya Rahmah yaitu rasa kasih saying, setelah tumbuh rasa kasih saying maka persaudaraan akan menjadi lebih kuat dan dengan kekuatan ukhuwah tersebut akan melahirkan perdamaian dan terciptanya rahmatan lil alamin.
Hidup mestilah bermanfaat untuk orang lain, karena hidup bukan hanya bicara tentang dirinya sendiri akan tetapi juga berbicara dengan orang lain. Manusia tidak dapat hidup sendiri dari mulai lahir ia harus dibantu dengan orang lain dan matipun juga mesti dibantu oleh orang lain. Kita memerlukan orang lain sebagai teman seperjuangan dalam kehidupan. Islam mengajarkan kita untuk dapat memberikan manfaat dalam kehidupan.
Memberi tak mesti dengan harta yang banyak, karena betapa banyak orang yang kaya akan tetapi kekayaannya justru membawa dirinya kedalam petaka seperti qarun, kedudukan tak selalu memberikan kemuliaan dan manfaat bagi orang lain jika dengan kedudukannya ia berlaku sewenang wenang seperti firaun, akan tetapi memberikan manfaat dengan apa yang kita miliki baik itu dengan harta yang sedikit atau dengan tenaga, pemikiran kita dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi sekitar.
Ramadhan mengajarkan kita untuk menjadi sholih, sholih bukan hanya secara ritual yaitu dengan mengerjakan ibadah-ibadah yang diperintahkan oleh Allah swt seperti sholat, dzikir, membaca Al-Quran akan tetapi Ramadhan juga menagajarkan untuk sholih sosial dengan mengeluarkan zakat yang merupakan kewajiban dan untuk terus memperbanyak shodaqoh, waqaf dan berinfaq dan menyalurkan kebermanfaatan bagi orang lain.
Baca Juga: Islam dan Internet of Things